Semua orang yang bertemu aku pasti akan bertanya :
"Mengapa kamu tidak mempekerjakan baby sitter dan biarkan mama mu menjaga Metvis, sehingga kamu bisa terus bekerja?"
Benar, ini juga merupakan dilema aku ketika masih maternity leave, lanjut kerja atau berhenti dan menjaga Metvis.
Jika aku lanjut kerja, aku akan mendapat penghasilan sendiri, tidak usah minta dengan suami, dan aku akan punya kehidupan sosial sendiri. Penghasilan aku juga lumayan, bisa hire baby sitter, dan aku dapat tunjangan dan asuransi. Sebenarnya aku lebih suka kalau pilihan ini.
Sementara, jika aku berhenti dan menjaga Metvis? Aku tidak akan punya penghasilan, aku harus mengandalkan suami aku seorang untuk mencari penghasilan dan aku tidak akan sebebas dulu lagi, baik dalam hal ekonomi maupun sosial.
Waktu itu aku masih belum tau susahnya mengasuh anak.
Tetapi, aku berpikir begini :
Masa kecil anak aku hanya sekali dalam seumur hidupnya, dan pasti akan lebih baik jika aku yang menemaninya dalam perjalanan ini.
Jadi, aku mengirim email pengunduran diri ke HRD dan Bos-ku.
Masa awal asuh anak sendiri sungguh membuat aku stres. Kami orang chinese, untuk 1 bulan pertama (kalau tidak salah Fitri bilang ini masa nuju bulan kalau dibilang orang Melayu) kami mempekerjakan seorang pembantu, biasa dipanggil gueklai po.
1 bulan itu masih lumayan, karena ada yang membantu aku. Aku setidaknya bisa istirahat jika tidak sedang ASI (aku sangat mendukung beri ASI ke anak).
Hanya sedikit merasa stres karena waktu itu business suami ada sedikit masalah dan aku ada baby blue.
Belum 1 bulan, baru 20 hari gueklaipo aku mengundurkan diri karena rumahnya ada masalah, jadi aku harus jaga anak sendiri.
Pertama sih agak senang, karena merasa bangga, banyak yang bisa aku lakukan sendiri. Mama aku juga datang tiap hari untuk bantu cuci baju, jadi aku masih ada kawan.
Kemudian, 1 bulan setelahnya aku mulai stres. Mama aku juga punya kesibukan jadi tidak bisa datang tiap hari. Aku harus sendirian di rumah bersama anak dan mertua aku, dan apalagi malam hari, karena suami aku kerja malam dan baru pulang subuh.
Aku mulai merasa stres.
Jika anak aku nangis aku tidak akan tau harus buat apa, dan kadang terpaksa harus telepon ke orang tua ku untuk datang lihat malam-malam karena mertua aku juga tidak tau apa kecuali kasih minyak angin, dan dia akan membiarkan aku sendiri dengan bayi yang masih nangis :(
Waktu itu aku sungguh stres. Bahkan suami aku mengatakan kalau aku kena depresi.
Ditambah dengan terima emosi dari orang, dan merasa ketidak adilan, aku sungguh menyesal kenapa aku harus memilih jalan ini.
Mengapa aku harus nikah, mengapa aku harus punya anak, mengapa aku harus jaga anak sendiri, dan alangkah baiknya jika waktu bisa kembali maka aku akan pilih untuk lajang selamanya.
Namun, seiring berlalunya waktu, aku semakin positif dan stres ku sudah berkurang.
Aku semakin merasa bangga karena aku bisa menjaga anak sendiri, dan untunglah, aku tiap hari bisa ke rumah mama aku karena rumah mama aku dekat dengan tempat kerja suami aku. Aku bisa pergi sore hari jam 3 sampai pulang jam 8, setidaknya beberapa jam itu aku ada teman yang bisa bantu jaga Metvis. Setidaknya aku bisa makan dengan tenang sebentar, atau aku bisa pergi ke toilet kapanpun aku mau, hehe.
Aku yang paling tau sama Metvis dan Metvis yang paling care sama aku, mungkin itulah imbalan karena aku memilih jalan yang tepat ?
Akan aku hadapi semua tantangan sambil genggam tangan Metvis dan terus senyum :)
"Mengapa kamu tidak mempekerjakan baby sitter dan biarkan mama mu menjaga Metvis, sehingga kamu bisa terus bekerja?"
Benar, ini juga merupakan dilema aku ketika masih maternity leave, lanjut kerja atau berhenti dan menjaga Metvis.
Jika aku lanjut kerja, aku akan mendapat penghasilan sendiri, tidak usah minta dengan suami, dan aku akan punya kehidupan sosial sendiri. Penghasilan aku juga lumayan, bisa hire baby sitter, dan aku dapat tunjangan dan asuransi. Sebenarnya aku lebih suka kalau pilihan ini.
Sementara, jika aku berhenti dan menjaga Metvis? Aku tidak akan punya penghasilan, aku harus mengandalkan suami aku seorang untuk mencari penghasilan dan aku tidak akan sebebas dulu lagi, baik dalam hal ekonomi maupun sosial.
Waktu itu aku masih belum tau susahnya mengasuh anak.
Tetapi, aku berpikir begini :
Masa kecil anak aku hanya sekali dalam seumur hidupnya, dan pasti akan lebih baik jika aku yang menemaninya dalam perjalanan ini.
Jadi, aku mengirim email pengunduran diri ke HRD dan Bos-ku.
Masa awal asuh anak sendiri sungguh membuat aku stres. Kami orang chinese, untuk 1 bulan pertama (kalau tidak salah Fitri bilang ini masa nuju bulan kalau dibilang orang Melayu) kami mempekerjakan seorang pembantu, biasa dipanggil gueklai po.
1 bulan itu masih lumayan, karena ada yang membantu aku. Aku setidaknya bisa istirahat jika tidak sedang ASI (aku sangat mendukung beri ASI ke anak).
Hanya sedikit merasa stres karena waktu itu business suami ada sedikit masalah dan aku ada baby blue.
Belum 1 bulan, baru 20 hari gueklaipo aku mengundurkan diri karena rumahnya ada masalah, jadi aku harus jaga anak sendiri.
Pertama sih agak senang, karena merasa bangga, banyak yang bisa aku lakukan sendiri. Mama aku juga datang tiap hari untuk bantu cuci baju, jadi aku masih ada kawan.
Kemudian, 1 bulan setelahnya aku mulai stres. Mama aku juga punya kesibukan jadi tidak bisa datang tiap hari. Aku harus sendirian di rumah bersama anak dan mertua aku, dan apalagi malam hari, karena suami aku kerja malam dan baru pulang subuh.
Aku mulai merasa stres.
Jika anak aku nangis aku tidak akan tau harus buat apa, dan kadang terpaksa harus telepon ke orang tua ku untuk datang lihat malam-malam karena mertua aku juga tidak tau apa kecuali kasih minyak angin, dan dia akan membiarkan aku sendiri dengan bayi yang masih nangis :(
Waktu itu aku sungguh stres. Bahkan suami aku mengatakan kalau aku kena depresi.
Ditambah dengan terima emosi dari orang, dan merasa ketidak adilan, aku sungguh menyesal kenapa aku harus memilih jalan ini.
Mengapa aku harus nikah, mengapa aku harus punya anak, mengapa aku harus jaga anak sendiri, dan alangkah baiknya jika waktu bisa kembali maka aku akan pilih untuk lajang selamanya.
Namun, seiring berlalunya waktu, aku semakin positif dan stres ku sudah berkurang.
Aku semakin merasa bangga karena aku bisa menjaga anak sendiri, dan untunglah, aku tiap hari bisa ke rumah mama aku karena rumah mama aku dekat dengan tempat kerja suami aku. Aku bisa pergi sore hari jam 3 sampai pulang jam 8, setidaknya beberapa jam itu aku ada teman yang bisa bantu jaga Metvis. Setidaknya aku bisa makan dengan tenang sebentar, atau aku bisa pergi ke toilet kapanpun aku mau, hehe.
Aku yang paling tau sama Metvis dan Metvis yang paling care sama aku, mungkin itulah imbalan karena aku memilih jalan yang tepat ?
Akan aku hadapi semua tantangan sambil genggam tangan Metvis dan terus senyum :)
Comments
Post a Comment